Jumat, 31 Mei 2013

Mekanisme Kampung Bali


SEJARAH KAMPUNG BALI DI KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Langkat - Kalau mau melihat Kampung Bali, tidak perlu harus ke Pulau Bali cukup datang ke kampung Bali yang ada di Kabupaten Langkat. Mengunjungi kampung Bali ini, dari Stabat dengan mengenderai sepeda motor maupun mobil, menempuh jarak lebih kurang 38 kilometer, dengan waktu 3 Jam dari Stabat ke Desa Paya Tusam Kecamatan Wampu.

Kampung Bali Cipta Dharma berada di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, dusun VI, desa Paya Tusam Sumatra Utara. Masyarakat Bali yang berada di Kampung Bali tersebut adalah keturunan dari orang Bali asli yang bermigrasi dan bekerja di Perusahaan Perkebunan PTP II. Berawal dari pekerja yang di kontrak oleh PTP II selama 12 tahun.
Pada tahun 1961, warga Bali dikirim oleh Gubernur Bali ke Sumatera Utara karena Bencana meletus Gunung Lawu, Pada tahun 1973, para pekerja disana bekerja sama dengan Organisasi Parisada Hindu Dharma Medan untuk membuat Surat Izin Tinggal, yang akan diberikan kepada Pemda Langkat, tutur Dewa Putu Dana (62) selaku Kepala Dusun dan Pemuka Agama merangkup juga sebagai Pemuka Adat/Pinandita.
Di kawasan kampung tersebut bermukim 80 kepala keluarga, dari 80 Kepala Keluarga itu, sekitar 35 Kepala keluarga yang asli warga Bali yang dulunya memang datang sewaktu meletusnya Gunung Agung di Bali. Mayoritas penduduk di Kampung Bali tersebut beragama Hindu. Berprofesi sebagai Petani Karet, Petani Sawit dan Peternak Babi.
Di sana juga dapat dijumpai pura-pura atau Tempat Ibadah seperti Pura Penataran Agung Widya Loka Nata, yang didirikan 16 November 1976 Swadaya. Pura tersebut difungsikan sebagai Tempat Berkumpul Umat 15 hari sekali, untuk sembahyang tiga kali sehari pada Jam 06.00 pagi, 12.00 siang, 06.00 sore, ujar Dewa Putu Dana.
Ia juga menambahkan, pada waktu-waktu tertentu, tempat ini dijadikan sebagai tempat berlalunya kegiatan keagamaan seperti Purnama Tilem, Nyepi, Saraswati, Galungan, dll. Serta ada juga beberapa fasilitas yang bersifat umum bagi masyarakat disana seperti Aula tempat belajar agama bagi anak-anak setiap hari minggu yang disebut ‘Pasraman’ untuk tingkatan TK dan SD.







BAGIAN – BAGIAN DARI STRUKTUR BANGUNAN DI KAMPUNG BALI BESERTA KETERANGAN .






Gambar diatas adalah Pura Penataran Agung Widya Loka Nata


Gambar diatas ialah Alat Pemanggilan Umat Untuk  memulai Upacara


Gambar diatas disebut SWASTIKA atau symbol untuk Penyetabilan Alam


Gambar diatas disebut symbol TRISULA atau disebut TRIMURTI

Gambar diatas melambangkan Dewa Wisnu/ Siwa

 
Gambar diatas disebut Lambang DEWA GANESHA

Gambar ini melambangkan symbol 4 (empat) mata penjuru angin


Gambar diatas ialah Lambang dari Penguasa Laut atau bisa disebut juga seperti kolam untuk pemandian Dewa-dewi

Gambar diatas di sebut Bale Pawedan yang artinya 
tempat duduk untuk Pendeta pada saat upacara

Gambar diatas ialah Tempat untuk duduk umat pada saat upacara

 Gambar diatas disebut sebagai Balai Piasan yang artinya 
Tempat untuk berhiasnya dewa-dewi sebelum di mulai upacara

Gambar diatas disebut Pelataran Sesajian atau tempat 
untuk melatakan sesajian diatas pelataran


Gambar diatas disebut sebagai Patma Sana Dimana Patma artinya tempat sedangkan sana artinya duduk jadi Patma Sana Tempat Duduk Tuhan Yang Maha Esa Duduk(sang yang widiwasa)

Gambar diatas disebut NGELURAH yang artinya Tempat Duduk  Dewa-Dewi

 
Masyarakat di kampong bali